1.
Aturan Umum Penulisan Imbuhan
Sebelum mendalami lebih lanjut mengenai
prefiks, perlu diketahui terlebih dahulu aturan umum penulisan imbuhan/afiks.
Tarigan (1984: 66-7) mengajukan aturan umum penulisan imbuhan sebagai berikut:
- Imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasarnya, misalnya pada kata melihat, berkesinambungan, dan termakan.
- Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata, contohnya: berlepas tangan, bertepuk tangan, dan beranak tiri.
Prefiks sebagai salah satu bentuk imbuhan
harus mengikuti kaidah di atas.
2.
Jenis-Jenis Prefiks
Putrayasa (2008) membagi prefiks ke dalam
dua jenis, yakni: 1) prefiks asli bahasa Indonesia, dan 2) prefiks serapan.
Prefiks asli bahasa Indonesia berasal dari kata-kata asli bahasa Indonesia.
Prefiks serapan merupakan prefiks yang kata-katanya diserap dari bahasa selain
bahasa Indonesia, seperti bahasa daerah, bahasa Sansekerta, dan bahasa Inggris.
2.1
Prefiks Asli Bahasa Indonesia
Prefiks asli bahasa Indonesia meliputi: 1)
prefiks meN-, 2) prefiks peN-, 3) prefiks ber-, 4) prefiks
ter- dan di-, 5) prefiks per-, 6) prefiks ke-, dan
7) prefiks se-.
1. Prefiks meN-
a. Fungsi
Putrayasa
(2008) dan Balai Pustaka (2008) mengungkapkan bahwa prefiks meN- berfungsi
membentuk kata kerja transitif dan kata kerja tak transitif.
b. Bentuk
Prefiks meN-
dapat bergabung dengan kata kerja, kata sifat, kata benda, dan kata bilangan
(Pusat Bahasa, 2008). Dalam pembentukan kata, prefiks meN- mengalami
perubahan bentuk sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya. N (kapital)
pada prefiks meN- tidak bersifat bebas, tetapi akan mengalami perubahan
bentuk sesuai dengan inisial morfem yang mengikutinya. Prefiks meN-
dapat berubah menjadi me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-.
Keenam bentuk perubahan prefiks meN- tersebut disebut alomorf dari
prefiks meN- (Putrayasa, 2008). Kaidah perubahan meN- tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Prefiks meN- berubah menjadi meng-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/
dan semua vokal (a, i, u, e, o). Fonem /k/ mengalami peluluhan.
Contoh:
meN- + angkat mengangkat
meN- + isi mengisi
meN- + ubah mengubah
meN- + elak mengelak
meN- + obati mengobati
meN- + kikis mengikis
meN- + gorok menggorok
meN- + hargai menghargai
meN- +
khianati mengkhianati
Catatan:
* Khusus pada bentuk dasar kaji jika
mendapat prefiks meN- seharusnya berubah menjadi mengaji, tetapi
untuk membedakan makna antara makna (1) memperdalam pengetahuan tentang agama
Islam dengan belajar pada seorang guru agama dan makna (2) memikirkan secara
mendalam, bentuk meN- + kaji menjadi mengaji untuk (1) dan
mengkaji untuk (2). Namun, J.S. Badudu tidak sependapat dengan hal itu.
Menurutnya, membuat-buat banyak bentuk kembar hanya akan menyulitkan. Jadi,
kata mengkaji sebaiknya ditulis sebagai mengaji. Lagipula, dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia (KUBI) hanya ada kata mengaji, tidak ada kata mengkaji.
Masih menurut Badudu, makna tidak membuat bentuknya dibedakan. Maknanya hanya
dibedakan berdasarkan konteks kalimat.
** Bila
kata dasar diberi awalan meng-, kemudian mengalami pengulangan,
bentuknya menjadi: mengulur-ulur, mengambil-ambil, mengikat-ikat.
Awalan meng- muncul di depan kata dasar yang berfonem awal /a, i, u,
e, o/. Berbeda halnya bila kata dasarnya berfonem awal /k/,
misalnya: kait à mengait. Bila diulang menjadi mengait-ngait dan
bukan mengait-kait karena bunyi /k/ pada kata kait sudah
luluh ke dalam bunyi nasal /n/ sebelum akhirnya mengalami pengulangan
(Badudu, 1983: 53). Hal ini diperkuat oleh Hasan Alwi, dkk (2003: 113) yang
mengatakan bahwa jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya
diulangi dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang
bersuku satu mempertahankan unsur nge- di depan dasar yang
direduplikasi. Sufiks (jika ada) tidak ikut direduplikasi.
Contoh: tulis à menulis à menulis-nulis
cek à mengecek à mengecek-ngecek
ulangi
à mengulangi à mengulang-ulangi
2) Prefiks meN- berubah menjadi me-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /i/, /m/,
/n/,/ny/,/ng/,/r/,/y/, dan /w/.
Contoh:
meN- + lihat melihat
meN- + merah memerah
meN- + nikah menikah
meN- + nyala menyala
meN- + nganga menganga
meN- + ramal meramal
meN- + yakini meyakini
meN- + warnai mewarnai
3) Prefiks meN- berubah menjadi men-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /d/ dan /t/.
Fonem /t/ mengalami peluluhan.
Contoh:
meN- + dongak mendongak
meN- + tukar menukar
4) Prefiks meN- berubah menjadi mem-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/, /f/.
Fonem /p/ mengalami peluluhan.
Contoh:
meN- + bagi membagi
meN- + pakai memakai
meN- +
fasilitasi memfasilitasi
5) Perfiks meN- berubah menjadi meny-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/,
dan /sy/. Fonem /s/ mengalami peluluhan.
Contoh:
meN- + cuci mencuci
meN- + jahit menjahit
meN- + sakiti menyakiti
meN- +
syairkan mensyairkan
6) Prefiks meN- berubah menjadi menge-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu.
Contoh:
meN- + pas mengepas
meN- + lap mengelap
meN- + bor mengebor
meN- + las mengelas
Catatan: mengetes, mengebom, mengecek
awalnya berasal dari bahasa daerah atau dialek Jakarta ngetes, ngebom,
ngecek. Kata kerja bentuk aktifnya hanya mengalami nasalisasi tanpa awalan.
Karena pengaruh itu, dalam bahasa Indonesia kemudian timbul bentuk-bentuk mengebom,
mengecat, dll (Badudu, 1983).
Catatan: kata-kata yang fonem awalnya konsonan
kembar seperti /tr/, /kr/, dan /pr/ bila diberi imbuhan aktif,
maka muncul awalan men-, meng, dan mem-, dan konsonan awal
kata dasarnya tidak mengalami peluluhan (J.S. Badudu, 1983). Contoh: transkripsi à mentranskripsi
kritik à mengkritik
protes à memprotes
c. Makna
Prefiks meN-
memiliki arti yang dapat ditinjau dari dua segi, yaitu sebagai unsur pembentuk
kata kerja intransitif dan transitif (Putrayasa, 2008). Sebagai unsur pembentuk
kata kerja intransitif, prefiks meN- memiliki arti sebagai berikut:
1) Mengerjakan sesuatu perbuatan atau gerakan
2) Menghasilkan atau membuat sesuatu hal
3) Jika kata dasarnya menyatakan tempat, kata
yang mengandung meN- memiliki arti menuju ke arah:
4) Berbuat seperti, berlaku seperti, atau
menjadi seperti
5) Jika kata dasarnya adalah kata sifat atau
kata bilangan, kata yang mengandung meN- memiliki arti menjadi
6) Variasi lain dari meN- + kata
bilangan adalah menyatakan membuat untuk kesekian kalinya, terutama dalam
beberapa ungkapan seperti: menujuh hari, meniga bulan.
Sebagai unsur
pembentuk kata kerja transitif, prefiks meN- mengandung arti sebagai
berikut:
1) Melakukan suatu perbuatan
2) Mempergunakan atau bekerja dengan apa yang
terkandung dalam kata dasar
2. Prefiks pe-N
a. Fungsi
Fungsi utama
prefiks peN- adalah membentuk kata benda. Akan tetapi, terdapat prefiks peN-
yang termasuk ke dalam golongan kata lain, yaitu golongan kata sifat. Hal
tersebut dalam dilihat pada kata-kata seperti penakut, pemarah, peramah,
pemalas. Kata-kata tersebut dapat menduduki fungsi sebagai kata benda,
tetapi juga dapat berfungsi sebagai kata sifat (Putrayasa, 2008).
Pada kalimat
a) kata-kata penakut, pemarah, peramah, dan pemalas adalah
golongan kata benda, sedangkan kalimat pada kelompok b) termasuk golongan kata
sifat. Sehingga, kata berawalan peN- sebagai golongan kata benda atau
kata sifat dapat ditentukan berdasarkan konteks kalimat.
b. Bentuk
Prefiks peN-
dapat bergantung dengan kata kerja, kata sifat, kata benda, dan kata bilangan
(Pusat Bahasa, 2008).
1) Prefiks peN- berubah menjadi peng-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/
dan semua vokal (a, i, u, e, o). Fonem /k/ mengalami peluluhan.
Contoh:
peN- + adu pengadu
peN- + ikut pengikut
peN- + ubah pengubah
peN- + oles pengoles
peN- + ecer pengecer
peN- + kubur pengubur
peN- + gali penggali
peN- + hasil penghasil
peN- + khayal pengkhayal
2) Prefiks peN- berubah menjadi pe-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /l/, /m/, /n/,
/ny/, /ng/, /r/, /y/, dan /w/.
Contoh:
peN- + licin pelicin
peN- + manis pemanis
peN- +
nasihat penasihat
peN- + nyanyi penyanyi
peN- + ngigau pengigau
peN- + rasa perasa
peN- + yakin peyakin
peN- + warna pewarna
3) Prefiks peN- berubah menjadi pen-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /d/ dan /t/.
Fonem /t/ mengalami peluluhan.
Contoh:
peN- + duduk penduduk
peN- + takut penakut
4) Prefiks peN- berubah menjadi pem-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/, /f/.
Fonem /p/ mengalami peluluhan.
Contoh:
peN- + bersih pembersih
peN- + patung pematung
peN- + fitnah pemfitnah
5) Prefiks peN- berubah menjadi peny-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/.
Fonem /s/ mengalami peluluhan.
Contoh:
peN- + cerah pencerah
peN- + judi penjudi
peN- + sakit penyakit
6) Prefiks peN- berubah menjadi penge-
jika diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu.
Contoh:
peN- + bom pengebom
peN- + cat pengecat
Prefiks pe-
dapat berasal dari kata:
1) Berimbuhan me- : menggambar à penggambar
menari à penari
2) Berimbuhan ber- : berlari à pelari
bertani à petani (Pusat Bahasa, 2008)
Catatan: jika kata kerjanya berawalan ber-
dan tidak pernah ditemukan dalam bentuk meN-, kata bendanya menjadi per-.
Prefiks per- akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
c. Makna
1) Menyatakan orang yang biasa melakukan
tindakan yang tersebut pada bentuk dasar.
2) Menyatakan alat yang dipakai untuk
melakukan tindakan yang tersebut pada bentuk dasar.
3) Menyatakan memiliki sifat yang tersebut
pada bentuk dasarnya.
4) Menyatakan yang menyebabkan adanya sifat
yang tersebut pada bentuk dasar.
5) Menyatakan memiliki sifat berlebihan yang
tersebut pada bentuk dasar.
6) Menyatakan yang biasa melakukan tindakan
yang berhubungan dengan benda yang tersebut pada bentuk dasar.
Sementara,
Pusat Bahasa (2008) menyebutkan makna prefiks peN- sebagai berikut:
1) orang yang melakukan tindakan: pembaca
2) orang atau sesuatu yang di...: petunjuk,
penampung
3) orang yang berprofesi: perawat
4) orang yang gemar atau suka: pemabuk,
perokok
5) orang yang mempunyai sifat: pemalas,
pemberani
6) alat: pendongkel, pengungkit, pengait
3. Prefiks ber-
a. Fungsi
Prefiks ber-
berfungsi membentuk kata-kata yang termasuk ke dalam golongan kata kerja.
Menurut Pusat Bahasa (2008), prefiks ber- membentuk kata kerja aktif
transitif dan kata kerja aktif taktransitif.
b. Bentuk
Prefiks ber-
dapat bergantung pada kata kerja, kata sifat, kata benda, dan kata bilangan.
Ada tiga bentuk yang dapat terjadi jika prefiks dilekatkan pada bentuk dasar.
Ketiga bentuk tersebut adalah be-, ber-, dan bel-. Kaidah
perubahan bentuk prefiks ber- adalah sebagai berikut.
1) Prefiks ber- berubah menjadi be-
jika ditempatkan pada bentuk dasar yang bermula dengan fonem /r/ atau
bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/.
2) Prefiks ber- berubah menjadi ber-
(tidak mengalami perubahan) jika ditempatkan pada bentuk dasar yang suku
pertamanya tidak bermula dengan fonem /r/.
3) Prefiks ber- berubah menjadi bel-
jika dilekatkan pada bentuk dasar ajar: ber- + ajar = belajar.
c. Makna
1) Prefiks ber- mengandung arti
mempunyai atau memiliki: beroda, bermakna.
2) Mempergunakan atau memakai sesuatu yang
disebut dalam kata dasar: bersepatu, bertopi.
3) Mengerjakan sesuatu atau mengadakan
sesuatu: berkebun, berkelana.
4) Memperoleh atau menghasilkan sesuatu: bertelur,
beranak.
5) Berada pada keadaan sebagai yang disebut
dalam kata dasar: beramai-rama, bersama.
6) Jika kata dasarnya adalah kata bilangan
atau kata benda yang menyatakan ukuran, ber- mengandung arti himpunan: beribu,
berjuta, berabad-abad.
7) Menyatakan perbuatan yang tidak transitif:
berlari, berkuda.
8) Menyatakan perbuatan mengenai diri sendiri
atau refleksif: bercermin, bercukur.
9) Menyatakan perbuatan berbalasan atau
resiprok: bertinju, bergulat.
10) Jika dirangkaikan di depan sebuah kata
yang berobjek, ber- mengandung arti mempunyai pekerjaan tersebut: bermain
bola, berkacak pinggang.
4. Prefiks ter- dan di-
a. Fungsi
Kedua prefiks
tersebut (ter- dan di-) sama-sama berfungsi membentuk kata kerja
pasif. Kata kerja pasif adalah kata kerja yang subjeknya dikenai tindakan,
sedangkan kata kerja aktif adalah kata kerja yang subjeknya sebagai pelaku
tindakan. Walaupun kedua prefiks tersebut sama-sama berfungsi membentuk kata
kerja pasif, namun keduanya memiliki perbedaan (Putrayasa, 2008). Perbedaan
antara prefiks ter- dan di- adalah sebagai berikut:
1) Pasif ter- sangat tidak mementingkan
tindakan sehingga pada umumnya pelaku tindakan tidak disebutkan. Sementara,
pasif di- masih memperhatikan pelaku tindakannya.
2) Pada umumnya, pasif ter- lebih
mengemukakan hasil tindakan atau lebih mengemukakan aspek prefektif. Berbeda dengan
pasif di- yang lebih mengemukakan berlakunya tindakan.
3) Pasif ter- menyatakan
ketidaksengajaan dan ketiba-tibaan, sedangkan pasif di- menyatakan
tindakan yang dilakukan dengan sengaja.
4) Pasif ter- menyatakan kemungkinan,
sedangkan pasif di- tidak demikian. Bandingkan bentuk tak terbaca
dengan tak dibaca, tidak terbawa dengan tidak dibawa.
b. Bentuk
Prefiks ter-
dapat bergabung dengan kata kerja, kata sifat, dan kata benda, seperti terpotong,
terburuk, dan terpancing. Prefiks ter- mempunyai alomorf ter-
dan tel-. Bentuk tel- hanya terjadi pada kata-kata tertentu
seperti telanjur dan telentang, sedangkan prefiks di-
tidak pernah mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan dengan bentuk lain.
c. Makna
Prefiks ter-
memiliki makna sebagai berikut:
1) Menyatakan aspek perfektif atau suatu
perbuatan yang telah selesai dikerjakan: terbagi, tertanam.
2) Menyatakan ketidaksengajaan: tertusuk,
tercoret.
3) Menyatakan ketiba-tibaan: terbangun,
teringat, tertidur.
4) Menyatakan suatu kemungkinan. Prefiks ter-
yang menyatakan makna tersebut, pada umumnya didahului oleh kata negatif tidak
atau tak. Misalnya: tidak ternilai, tak tersentuh.
5) Menyatakan makna paling: tertinggi,
terluas, terpandai.
5. Prefiks per-
a. Fungsi
Prefiks per-
berfungsi membentuk kata benda dan kata kerja kausatif.
b. Bentuk
Prefiks per-
sebagai imbuhan untuk membentuk kata kerja mengalami variasi bentuk menjadi pe-,
terutama pada kata-kata yang mulai dengan fonem /r/ seperti perebut,
dan sebagainya. Karena fungsi per- di sini adalah membentuk kata
kerja maka dalam hal ini dapat digabungkan lagi dengan prefiks me-
dengan ketentuan fonem /p/ dalam prefiks per- tidak boleh
diluluhkan (Tim, 2009).
Contoh: mempertinggi,
memperbesar.
c. Makna
1) Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat,
kausatif yang terbentuk berarti membuat jadi lebih.... Misalnya, perbesar,
pertinggi, percantik.
2) Apabila bentuk dasarnya berupa kata
bilangan, kausatif yang terbentuk berarti membuat jadi.... Misalnya, perdua,
pertiga, perempat.
3) Apabila bentuk dasarnya berupa kata benda,
kausatif yang terbentuk berarti membuat jadi atau menganggap sebagai....
Misalnya, peristri, perbudak, pertuan.
6. Prefiks ke-
a. Fungsi
Prefiks ke-
berfungsi membentuk kata benda dan juga kata bilangan. Dalam fungsinya sebagai
pembentuk kata benda, penggunaan prefiks ke- menjadi tidak produktif.
Penggunaan prefiks ke- terbatas pada kata-kata ketua, kehendak,
dan kekasih, sedangkan sebagai pembentuk kata bilangan, penggunaan
prefiks ke- masih produktif. Misalnya, keempat, kelima, keenam,
kesepuluh (Putrayasa, 2008).
b. Bentuk
Prefiks ke-
tidak mengalami perubahan bentuk pada saat digabungkan dengan bentuk dasar. Hal
yang perlu diperhatikan adalah perbedaan antara ke- sebagai prefiks dan ke-
sebagai kata depan. Ke- sebagai kata depan kedudukannya sama dengan kata
depan di dan dari. Oleh karena itu, sebagai kata depan
penulisannya dipisahkan.
c. Makna
Arti perfiks ke-
dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya dalam membentuk golongan kata.
Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- mengandung makna yang di.
Misalnya ketua, kehendak, kekasih.
Sebagai
pembentuk kata bilangan, prefiks ke- mendukung dua makna, yaitu:
1) Menyatakan kumpulan yang terdiri atas
jumlah yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: kedua (orang) à kumpulan orang yang terdiri atas dua orang.
2) Menyatakan urutan. Misalnya: Kandungannya
sudah memasuki bulan keenam.
7. Prefiks se-
a. Bentuk
Prefiks se-
berasal dari kata sa yang berarti satu, tetapi karena tekanan
struktur kata, vokal a dilemahkan menjadi e. Bentuk awalan se-
tidak mengalami perubahan atau variasi bentuk (Putrayasa, 2008).
b. Makna
1) Menyatakan makna satu: sebuah, sebutir.
2) Menyatakan makna seluruh: sekota,
sekampung.
3) Menyatakan makna sama: seluas angkasa,
sedalam samudera.
4) Menyatakan makna setelah: setiba,
sesampai.
Tim (2009)
mengajukan beberapa makna prefiks se- yang hampir mirip:
1) Menyatakan sama-sama satu: serumah,
sekamar, sekapal.
2) Menyatakan satu: seratus, seekor,
sebiji.
3) Menyatakan seluruh atau segenap: sekota,
sedesa, sekeluarga.
4) Menyatakan sama dengan atau menyerupai: sepandai,
secantik, sebagus.
5) Menyatakan simultan: sesampainya,
setibanya, seperginya.
6) Menyatakan sebanyak atau seberapa: semaumu,
setahuku, sebisanya.
2.2
Prefiks Serapan
Menurut Putrayasa (2008), prefiks serapan
meliputi;
1. Pra :
‘yang mendahului’ atau ‘sebelumnya’
Contoh: prasejarah,
prasangka.
2. Tuna :
‘tidak sempurna’ atau ‘kurang’.
Contoh: tunanetra,
tunarungu, tunagrahita.
3. Pramu :
‘petugas’ analoginya dari ‘pramugari’.
Contoh: pramuria,
pramusiwi, pramuniaga, pramugari.
4. Maha :
‘besar’.
Contoh: mahasiswa,
maharaja, mahaadil.
5. Non :
‘tidak’.
Contoh: nonaktif,
nonakademis.
6. Swa :
‘sendiri’.
Contoh: swasta,
swadaya, swasembada.
Selain bentuk-bentuk yang telah disebut di
atas, Tim (2009) berusaha menambahkan beberapa prefiks serapan yang digunakan
dalam bahasa Indonesia, antara lain:
1. Tak
Bentuk
ini dipakai untuk mengimbangi istilah-istilah asing yang memakai prefiks asing a-.
Gunanya untuk menidakkan suatu hal. Kata-kata asosial, amoral, asimetri,
apatis, diimbangi dengan kata-kata taksosial, taksadar, takorganik, dan
sebagainya.: taksosial, taksadar, takorganik.
2. Purba
Prefiks
ini disejajarkan dengan awalan-awalan asing Ante: antedate,
antedelivium. Dalam terminologi baru kita mendapat kata-kata purbatunggal,
purbakala, purbasangka.
3. Dwi
Prefiks
dwi senilai dengan bi- dalam bahasa-bahasa asing: dwiwarna,
dwipihak, dwikora, dwipurwa, dan sebagainya.
Catatan: Di samping prefiks dwi-, kita
temukan juga prefiks dengan kata-kata bilangan lain seperti tri, catur dan
panca , untuk menunjukkan kesatuan yang terdiri dari tiga, empat dan
lima orang atau hal, misalnya: trikora, caturtunggal, pancasila,
pancaindera, dan sebagainya.
4. Antar
Senilai
dengan inter dalam bahasa asing: antartempat (interlokal),
antarsekolah, antarnegara, antarhubungan (interelasi), dan sebagainya.
5.
Serba
Dipakai
sebagai awalan dengan arti semua : serbabaru, serbaputih,
serbaguna, serbaasalah, dan sebagainya.
6. Pasca
Prefiks
ini mengandung arti sesudah : pascatsunami, pascapertandingan,
pascagempa, dan sebagainya.
7. Ulang
Untuk
menyatakan bahwa sesuatu dibuat kembali dipergunakan prefiks ulang .
Prefiks ulang sejajar atau senilai dengan prefiks re- ,
misalnya: ulang-cetak, ulang-susun, dan sebagainya.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Badudu, J. S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia
yang Benar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pusat Bahasa. 2008. Lentera Indonesia 3.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi
(Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Pengajaran Ejaan
Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Tim. 2009. Prefiks.
http://tata-bahasa.110mb.com/Prefiks/